Seperti Apa Tampilan Video Game di di Masa Depan?


Video game merupakan salah satu bentuk karya seni terbaru di abad ini, Video game muncul lima puluh tahun yang lalu tepatnya pada tahun 1970-an, dan pada dekade berikutnya video game telah sepenuhnya menguasai dunia. Mereka telah berkembang pesat sejak saat itu dan muncul melalui komputer, konsol dan ponsel. 

Sebelum tahun 1970-an, video game sudah ada di  komputer akademisi dan ilmuwan, karena hanya mereka yang memiliki peralatan untuk memainkannya. Namun semua berubah pada tahun 1972, dengan dirilisnya Magnavox Odyssey sebagai game konsol rumahan pertama di dunia dan yang sedang menjadi trending dan yang benar-benar sukses adalah game Pong Atari yakni salah satu game dengan gendre arcade yang sangat mirip dengan Odyssey sehingga Atari berujung pada tuntutan hukum yang hampir membuat Atari gulung tikar.  

Sejak saat itu, industri ini didominasi oleh beberapa perusahaan. Atari tetap di konsol game ini sampai selesai di tahun 1990-an. Kemudian selain itu, game Sega juga pergi di tahun 2000-an ketika Dreamcast tidak dapat bertahan melawan suksesnya PlayStation 1 dan sejak munculnya Xbox pertama, Microsoft, Sony, dan Nintendo yang kini telah menjadi produsen perangkat keras utama dalam dunia video game.

Selama bertahun-tahun, realitas virtual telah dilihat sebagai masa depan utama video game, salah satu hal yang selalu diupayakan oleh game sebagai media pencapaian total dalam dunia digital. Namun VR bukanlah hal baru karena secara signifikan VR kurang berhasil dibandingkan konsol dan video game berbasis sistem komputer rumah.  

Salah satu perampokan paling terkenal ke VR untuk konsumen umum adalah Power Glove yakni sejenis pengontrol usang yang dirilis untuk NES pada tahun 1989 yang sama sekali hampir tidak memiliki judul unggulan yang digunakannya dan juga harganya itu sangat serta hampir tidak berfungsi. 

Namun pada pertengahan tahun 90-an, Nintendo membuat langkah besar lainnya untuk menuju VR dengan Virtual Boy yang menggunakan headset besar dengan beberapa masalah. Namun VR dari nintendo ini hanya dapat menampilkan game dalam warna hitam dan merah.  Karena ketakutan akan mabuk perjalanan saat game di mainnkan dan mabuk ini merupakan masalah terbesar yang masih tetap ada di VR modern sekarang.

Nintendo menghilangkan fungsi pelacakan kepala (VR) yang kemudian Nintendo akhirnya merilis Wii yang sangat sukses dan menjadi sebuah langkah potensial menuju VR total. Akan tetapi, sebenarnya itu bukanlah arah yang akan dituju oleh perusahaan saat ini.

Wii memang menginspirasi beberapa teknologi lain. Namun, pada pesaingnya yakni seperti Microsoft Kinect yang hampir gagal total menerapkan VR dan PlayStation Move juga yang pada akhirnya kembali menggunakan PlayStation VR yang dimana ini merupakan sistem realitas virtual unggulan milik Sony  yang diperkenalkan pada tahun 2016 yaitu 10 tahun setelah Wii muncul dan lebih dari 20 tahun setelah Virtual Boy di perkenalkan.  

PSVR adalah perangkat VR paling terjangkau di pasaran, meskipun masih berharga $400 saat diluncurkan dan dalam menggunakannya PSVR ini memerlukan konsol dari Playstation.

Kemudian pada tahun 2021, Mark Zuckerberg mengumumkan bahwa perusahaan induk dari situs media sosial Facebook sudah mengubah Nama dan Citra dirinya menjadi “Meta”. saat ia memperkenalkan konsep ini, Metaversenya kemudian menggunakan teknologi VR dari  sistem okulus yang dimana tujuannya untuk meningkatkan Metaverse menjadi lebih canggih dan realistis .  

Ini adalah visi-misi dari  Zuckerberg untuk masa depan. Dunia yang sepenuhnya virtual yang di mana orang dapat menjalani seluruh hidup mereka, mengadakan rapat, dan bahkan membeli real estat tanpa meninggalkan kenyamanan rumah mereka sendiri. 

Konsep Meta Ini kemungkinan besar terinspirasi dari novel Neal Stephenson pada tahun 1992 yang berjudul “Snow Crash”, yang dikreditkan oleh banyak orang sebagai mempopulerkan istilah “metaverse”, meskipun “Snow Crash” adalah distopia cyberpunk mani yang tujuannya adalah aspiratif.

Jadi, seberapa dekat "metaverse" dengan kenyataan?

Nah, ada banyak kendala yang harus kita atasi terlebih dahulu untuk mendapatkan mengadopsi VR secara luas. Pertama adalah harganya: headsetnya tidak murah dan memerlukan PC atau konsol game yang layak. Hal ini membuat VR menjadi sangat mahal bagi siapa saja yang belum menjadi penganutnya.

Headset VR juga tidak begitu nyaman, meskipun ada kemajuan di bidang ini dengan setiap generasi berturut-turut, setidaknya VR tidak bisa dibandingkan dengan sepasang kacamata. Mereka harus diikatkan dengan pas  atau fokusnya mulai kabur, dan mereka bisa menjadi panas dan berkeringat di bawahnya Jika tidak benar-benar dalam memasangnya.

Masalah terbesar dari kekurangan VR gaming adalah akan menyebabkan sakit kepala, mual, dan mabuk perjalanan.  Mabuk perjalanan sudah menjadi masalah dalam video game biasa karena otak melihat gerakan yang tidak dialami tubuh, dan ini adalah masalah besar yang harus diatasi oleh produsen VR gaming agar
dapat menjualnya lebih banyak. 

Namun, meskipun hal itu telah teratasi, masih sulit bagi orang dengan gangguan penglihatan dan penglihatan yang buruk untuk menggunakan headset VR ini. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah VR benar-benar dapat diadopsi secara luas. 

Namun ada teknologi lain yang berkembang di dunia game dan hampir pasti akan menjadi masa depan yakni streaming video game.  Di abad kedua puluh satu, streaming film, musik, dan TV telah menjadi hal yang biasa, dengan banyak film laris besar yang dirilis secara bersamaan di bioskop dan streaming di rumah.  

Video game berada di jalur yang sama, dengan banyak perusahaan besar sudah menjalankan layanan streaming game. Layanan cloud gaming yang paling terkenal tidak diragukan lagi adalah Google Stadia, berkat janjinya yang tinggi dan pembiayaan yang tinggi membuat layanan Stadia telah meningkat pesat sejak peluncurannya di tahun 2019.  

Xbox memiliki Project xCloud, Sony memiliki PS Now, dan Nvidia memiliki GeForce Now. Masalah saat ini dengan streaming game adalah infrastruktur di sebagian besar dunia tidak cukup canggih untuk mendukungnya, tetapi pada tahun 2050, itu pasti tidak akan menjadi masalah lagi;  lagi pula, pada awal tahun 1990-an, koneksi internet masih belum diharuskan di rumah, tetapi sekarang koneksi internet sudah ada di mana-mana.

Salah satu bagian dari riwayat streaming game yang kurang dikenal adalah Satellaview, yaitu tempat beberapa game Legend of Zelda yang secara eksklusif Satellaview disiarkan melalui satelit dalam bentuk episode ke sistem NES dengan add-on. Banyak dari game ini telah hilang karena disiarkan oleh satelit, tetapi ini adalah bentuk awal streaming game yang dipelopori oleh Nintendo pada akhir 1990-an.

Seperti saat ini, Anda memerlukan peralatan tambahan add-on NES atau koneksi broadband super cepat yang mahal untuk melakukan streaming game secara efektif.  Namun mengembangkan infrastruktur internet yang lebih besar, lebih baik, dan lebih kuat tidak hanya akan menguntungkan para gamer saja dan ini adalah sesuatu yang akan terjadi di seluruh dunia untuk semua orang dalam beberapa dekade mendatang, yang berarti bahwa waktu download yang lama untuk game akan menjadi masa lalu kecuali anda secara khusus ingin bermain offline.

Belum ada Komentar untuk "Seperti Apa Tampilan Video Game di di Masa Depan?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel