Apa dampak korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan bagi negara


Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan dilakukan untuk kepentingan individu akan merusak kepercayaan rakyat, merusak demokrasi, mencekik ekonomi, memperlebar kesenjangan sosial dalam masyarakat sehingga dapat menjatuhkan suatu negara seperti yang terjadi di Kazakstan baru-baru ini.

Tidak dapat disangkal bahwa sifat serakah adalah sesuatu yang sudah ada dalam diri manusia bahkan tindakan korupsi ini disebutkan dalam semua buku agama penting termasuk Al-Qur'an, Alkitab, dan Veda Hindu.

Apa dampak korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan bagi negara?

Tidak ada negara di dunia yang bebas dari korupsi menurut 'Transparency International', dan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang digunakan sejak 1995, sebagai perbandingan tingkat korupsi di sektor publik di 180 negara. Selandia Baru di puncak tangga lagu berdasarkan CPI 2020 tidak memiliki nilai penuh seratus tapi 87 menggambarkan lembaga publik negara adalah yang terbaik dalam memastikan korupsi minimal.

Tapi untuk CPI indonesia 2020 negara kita berada di peringkat 57 dengan skor rendah 51, yang turun 2 poin dari 2019 disebabkan oleh berbagai faktor seperti terbatasnya akses informasi, tidak adanya reformasi di lembaga-lembaga publik, dan pemimpin politik yang tidak serius dalam pemberantasan korupsi.

Namun, Nilai CPI ini yang diperkenalkan sejak 1995 juga tidak dapat digunakan sebagai tongkat pengukur karena ini adalah pengamatan yang dilakukan hanya untuk sektor publik dan ada banyak korupsi yang terjadi di sektor swasta juga berdampak besar bagi masyarakat pada umumnya.

Berbagai Jenis Korupsi dan Penyalahgunaan Kekuasaan. Secara umum, ada beberapa jenis korupsi yang sering terjadi seperti pegawai negeri yang mengambil uang untuk layanan yang diberikan, politisi yang menyalahgunakan uang rakyat, atau memberikan kontrak pemerintah kepada keluarga dan kroni, dan anggota perusahaan atau bisnis yang menyuap uang dipilih untuk menjalankan proyek-proyek pemerintah.

Korupsi dapat terjadi di tingkat tertinggi kepemimpinan nasional seperti Presiden, Perdana Menteri, Menteri, dan Pejabat Tinggi Pemerintah sampai dengan tingkatan yang paling rendah. Korupsi bersifat sistemik ketika melibatkan administrasi yang buruk dan lembaga-lembaga pemerintah yang tidak diawasi dengan baik.

Sementara sistematis juga ketika melibatkan kejahatan terorganisir oleh sektor swasta dengan memanipulasi pejabat pemerintah untuk menghasilkan keuntungan. Berbagai lembaga yang biasa terlibat korupsi memiliki fungsi penting di negara ini seperti eksekutif, yudikatif dan legislatif, badan hukum, otoritas lokal atau negara bagian, dan organisasi non-pemerintah.

Seperti yang selalu digambarkan korupsi selalu terjadi di negara miskin dan kurang berkembang juga tidak benar karena tidak hanya melibatkan uang ringgit saja tetapi setiap tindakan pelanggaran untuk memenuhi kepentingan individu. Negara berkembang dan kaya yang mendapat nilai tinggi di CPI juga masih banyak kekurangan yang memungkinkan terjadinya korupsi seperti aspek hukum yang menekankan kerahasiaan perusahaan dan bisnis, telah memberikan banyak keuntungan kepada investor kaya saja.

Korupsi yang terjadi dengan cara ini menggunakan pihak ketiga seperti profesional untuk mengelola perusahaan yang terlibat dengan pencucian uang dan mengaburkan pandangan masyarakat tentang aset yang mereka miliki. Korupsi itu kompleks dan sulit diberantas dan proses transformasi bangsa dan masyarakat yang korup memakan waktu dan membutuhkan berbagai perubahan dari akar rumput bahkan untuk tetap menjadi negara dengan integritas tinggi juga tidak mudah.

Korupsi juga bisa berubah dengan arus teknologi yang semakin canggih dan pihak yang bertanggung jawab harus peka terhadap perubahan ini. Dampak Korupsi bagi Bangsa Korupsi merusak negara karena dampak dari kegiatan penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi yang merajalela di lembaga pemerintah dan publik akan meruntuhkan struktur pelayanan publik yang seharusnya membantu dan membantu seluruh lapisan masyarakat.

Ini juga mengancam stabilitas dalam demokrasi dengan membebani masyarakat dengan penerimaan pajak yang tidak digunakan secara efisien dan sumber penerimaan negara yang tidak dibagikan secara adil kepada rakyat.

Bagikan peringkat nasional sektor perdagangan dan industri yang dimonopoli oleh beberapa golongan mengurangi persaingan yang sehat dan menyebabkan harga barang naik. Ada juga pedagang yang harus menaikkan biaya penjualan untuk membayar sejumlah uang kepada pihak berwenang untuk beroperasi tanpa mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan akhirnya pembeli membayar sejumlah uang untuk barang tersebut yang tidak mencapai kualitas terbaik.

Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan merajalela dalam politik nasional dapat dilihat memberikan tekanan besar pada kehidupan orang-orang biasa setiap hari. Pelayanan publik dan infrastruktur untuk masyarakat harus dapat ditingkatkan dengan pemungutan penerimaan pemerintah yang bernilai ratusan miliar dolar setiap tahun.

Penyumbang utama gejala korupsi adalah keinginan untuk mengontrak proyek pemerintah bernilai jutaan bahkan miliaran dolar. Mega proyek pemerintah menjadi perangkap bagi kroni dan perusahaan tertentu mendapat untung tanpa melalui tender terbuka dan pada akhirnya hasil berkualitas buruk diberikan kepada orang-orang.

Masalah korupsi politik di indonesia juga karena tidak adanya Undang-Undang Dana Politik yaitu partai politik atau politisi tidak diharuskan untuk mengungkapkan sumber dana mereka. Kegiatan kontribusi politik dari perusahaan korporasi dan keuntungan dari memiliki bisnis yang memiliki kepentingan tertentu dari rencana politik partai juga tidak etis dan harus dihentikan.

Kesimpulannya, korupsi sudah ada sejak awal sejarah keberadaan manusia dan fakta bahwa manusia memiliki keinginan untuk mendapatkan keuntungan untuk diri sendiri dan keluarga terlebih dahulu. Selain itu, hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem demokrasi seperti yang terlihat hari ini

bukan fenomena khusus di indonesia karena di seluruh dunia arti sebenarnya dari demokrasi adalah 'kekuatan rakyat' sudah seperti diabaikan oleh perwakilan politik yang kuat. Kesenjangan ekonomi yang melebar memiliki korelasi dengan pesatnya globalisasi abad 21 dimana bawahan tidak mendapatkan kesempatan untuk mengejar teknologi karena kemiskinan disebabkan oleh administrasi pemerintah yang tidak transparan untuk membagi hasil kekayaan negara untuk penggunaan yang paling penting.

Belum ada Komentar untuk " Apa dampak korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan bagi negara"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel