Mungkinkah Kota Jakarta Akan Tenggelam Pada Tahun 2030 dan Apa Penyebabnya

Kota Jakarta 

Venesia tenggelam dengan kecepatan rata-rata (0,2 cm) per tahun, sedangkan Jakarta (17cm) per tahun dan penyebab utamanya adalah karena aktivitas penggalian serta pengambilan air tanah secara berlebihan. Aktivitas yang dilakukan begitu lama menyebabkan penurunan permukaan tanah karena perubahan tekanan dan volume ditambah dengan pesatnya pembangunan memberikan beban yang tinggi ke permukaan tanah.

Lebih 10 juta penduduk Jakarta sebagian besar menggunakan sumber air bawah tanahnuntuk kebutuhan sehari-hari mereka. Menurut seorang akademisi, Heri Andreas, yang telah mempelajari fenomena tersebut selama 20 tahun terakhir dari model yang ditemukan studinya 95% wilayah Jakarta Utara akan tenggelam pada tahun 2050.

Wilayah Jakarta Utara tenggelam 2,5 meter dalam 10 tahun terakhir dan daerah berisiko tinggi di tepi laut menyusut 25 cm per tahun menjadikannya daerah tenggelam tercepat di dunia. Bagian lain Jakarta juga mengalami penurunan permukaan tanah tapi lebih lambat seperti di bagian barat Jakarta sebanyak 15 cm setahun, Jakarta Timur sebanyak 10cm setahun, Jakarta Pusat sebanyak 2 cm setahun, dan hanya 1cm setahun di Jakarta Selatan. 95% wilayah di Jakarta Utara akan terendam pada tahun 2050 jika tidak ada upaya pencegahan yang efisien dilakukan.

Dalam artikel ini kita akan lihat bagaimana dan kenapa daerah di jakarta di pastikan akan cepat tenggelam?

Perubahan iklim global, kenaikan permukaan laut, dan bencana alam seperti angin topan dan banjir akan memiliki dampak yang luas di benua Asia yaitu, jutaan orang tinggal di daerah dataran rendah dan dekat dengan laut. Laporan dari negara-negara Greenpeace Asia Timur pada tahun 2030 7 kota besar di Asia juga merupakan penyumbang utama PDB merupakan daerah yang rawan banjir.

Menurut analisis juga, sebanyak 724 miliar USD, 15 juta penduduk, dan 1.892 km persegi tanah akan terpengaruh yaitu sekitar 0,4% - 0,9% dari PDB masing-masing 7 kota tersebut. Wilayah perkotaan yang terkena dampak meliputi area kurang dari 20 km persegi hingga lebih dari 1.500 km persegi atau nilai PDB kurang dari 3 miliar USD hingga lebih dari 500 miliar USD, mencakup populasi hingga lebih dari 10 juta orang.

Luas lahan yang layak huni, total populasi, dan PDB merupakan dasar bagi sumber pembangunan ekonomi suatu negara oleh karena itu perhitungan yang akurat dari potensi dampak kenaikan permukaan laut penting untuk melindungi properti, infrastruktur, dan kesejahteraan rakyat suatu negara.

Mengapa Jakarta Utara tenggelam Bandar Mega Jakarta kekurangan pasokan air keran bersih menyebabkan sebagian besar penduduk harus menggali air tanah untuk penggunaan sehari-hari dan kegiatan yang sudah lama tidak terpantau menyebabkan ruang bawah tanah menjadi kosong dan permukaan tanah semakin mengendap ke dasar.

Pihak berwenang hanya mampu memasok air perpipaan untuk memenuhi 40% kebutuhan penduduk dan sebagian besar penghuni, pemilik bangunan, pusat perbelanjaan dan industri mengekstrak air dari bawah tanah. Pada tahun 2014 8,9 juta meter air bawah tanah yang diambil dari 4.473 kolam termasuk oleh mereka yang tidak memiliki lisensi.

Menurut 'The New York Times' kota Jakarta sepertinya sedang berada di atas bantalan yang menyusut. Gedung-gedung tinggi, hotel, dan pusat perbelanjaan juga menggunakan sumber air tanah sangat banyak. Situasinya semakin buruk setiap tahun tetapi penyebabnya dimulai dengan datangnya penjajah Belanda sekitar 1600 yang membelah kota Jakarta untuk mengisolasi penduduk aslinya
menyebabkan mereka tidak memiliki akses ke air keran yang bersih oleh karena itu mereka harus menggali sumber air mereka sendiri.

Air tanah ini harus diisi ulang dengan sumber air hujan tapi 97% dari Jakarta adalah beton dan tar, menyebabkan air hujan tidak terserap ke dalam tanah. Permukaan tanah menurun Permukaan tanah menurun sementara permukaan air laut naik karena perubahan iklim global. Hujan deras menyebabkan banjir bandang dan struktur tanah tidak mampu mengakomodasi perkembangan yang pesat di kota Jakarta.

Pengamatan dari satelit NASA menunjukkan kenaikan permukaan laut global saat ini 3,6 mm per tahun dan wilayah pesisir yang sangat rentan berada dalam risiko tinggi untuk terus tenggelam dalam waktu dekat. Permukaan laut mungkin akan naik 2 meter dalam 30 tahun lagi. Hanya sebagian kecil wilayah Jakarta yang berisiko tenggelam dengan cepat tapi masalah yang sangat kritis di sebagian besar kota Jakarta merupakan banjir yang melanda setiap tahun.

Bagaimana Masalah di Jakarta Dapat Dipecahkan?

Untuk mencegah daerah di Jakarta terus tenggelam pemantauan dan pemetaan yang akurat perlu dilakukan di area berisiko selain mencari faktor penyebab. Penggalian sendiri yang berlebihan terhadap sumber air tanah harus dihentikan. Pihak berwenang mengambil langkah untuk menghentikan bisnis pemilik bangunan yang tidak memiliki izin untuk menggali sumber air tanah.

Pemerintah daerah agak terlambat menyadari kegiatan tersebut yang memiliki dampak serius ini dan mulai mewajibkan lisensi untuk memantau berapa banyak air yang diekstraksi. Pada tahun 2007 Banjir besar melanda Jakarta, menewaskan 50 orang dan hingga 300.000 penduduk terpaksa pindah setelah air naik di sepertiga kota Jakarta.

Pemerintah harus serius menanganinya masalah penyediaan air bersih bagi penduduk dan pembangunan infrastruktur dan bangunan di daerah yang sudah sangat padat dapat menambahkan lebih banyak risiko. Naiknya permukaan laut di seluruh dunia menjadi semakin mengkhawatirkan dan laporan Panel Antar pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) pada tahun 2019 merekomendasikan pembangunan struktur penghalang seperti benteng atau tembok laut.

Tembok laut yang kuat dan tinggi perlu dibangun untuk mencegah masuknya air terutama saat air laut sedang pasang. Ada 13 sungai di Jakarta dengan masalah polusi yang parah menyebabkan air meluap saat musim hujan dan membanjiri daerah padat penduduk. Pembersihan sungai dan kesadaran masyarakat tentang perawatan sungai itu penting.

Selain itu, pemerintah Indonesia bersama dengan perusahaan dari Belanda juga telah membuat rencana pembangunan "Garuda Besar" atau "Tembok Laut Raksasa" di tahun 2014 untuk meninggikan dan memperkuat tanggul laut yang ada membangun tambahan 34 km tembok laut luar, dan mengembangkan 17 pulau buatan di kawasan Teluk Jakarta.

Struktur proyek ini akan dibangun sesuai dengan bentuk burung Garuda biaya 40 miliar USD dan diperkirakan memakan waktu lebih dari 30 tahun. Proyek ini bisa menjadi struktur yang bisa menyelamatkan Jakarta atau merugikan pemerintah dengan pengeluaran yang besar terkonsentrasi pada satu proyek saja.

Cara lain yang bisa digunakan adalah dengan memperbaiki lingkungan seperti memperbanyak rawa bakau, yang menurut penelitian dapat mengurangi lebih dari 15% dampak buruk banjir. Namun, hutan bakau di Jakarta sekarang hanya di barat dan 93% atau 272 hektar ekosistem ini telah dihancurkan oleh pembangunan dan polusi.

Kesimpulannya, sebagian besar ibu kota maju terlepas dari kemungkinan perkembangan pesat dan pertumbuhan penduduk di masa depan menimbulkan berbagai masalah yang muncul hingga saat ini. Rencana pembangunan tidak direncanakan dengan matang sejak awal terlepas dari faktor-faktor perubahan lingkungan karena aktivitas manusia ditambah fenomena kenaikan muka air laut dunia menghasilkan banyak kota penting di seluruh dunia mengalami kesulitan terendam air. Di samping itu, itu juga salah satu faktor relokasi ibu kota indonesia dari Jakarta ke pulau Kalimantan.

Belum ada Komentar untuk "Mungkinkah Kota Jakarta Akan Tenggelam Pada Tahun 2030 dan Apa Penyebabnya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel