Musim-Musim Terbaik Untuk Menjual Saham Di Pasar Saham
Kamis, 17 Februari 2022
Tulis Komentar
Semua ada musimnya. Ada musim panas, semi, gugur, bahkan musim dingin. Ada saatnya Kapan harus menanam dan ada pula saatnya kapan Harus menuai. Begitu pula di pasar saham. Ada saat-saat tertentu pasar saham stagnan. Ada pula saat-saat pasar saham ramai. Kita sebagai investor saham wajib tahu musimnya.
Kali ini kita akan belajar musim-musim di pasar saham. Utamanya pasar saham lokal Indonesia ya. Musim ini sebenarnya adalah sebuah pola berulang yang terjadi selama bertahun-tahun. Dari pola ini bisa kita amati sehingga kita bisa punya keputusan kapan harus masuk ataupun keluar market tepat pada musimnya. Berikut ini adalah musim-musim terbaik di Pasar saham
1. Sell in May and Go Away
Musim yang pertama adalah Sell in May and Go Away. Jual di bulan Mei dan lupakan. Itu adalah pepatah investasi kuno yang menuruti kepercayaan tradisional nih kalau saham menunjukkan kinerja yang lebih lemah di musim panas.
Dari Mei hingga Oktober Dan kinerja yang lebih kuat di musim dingin dari November hingga April. Singkatnya nih, ini adalah strategi para trader ataupun investor saham yang menjual sahamnya di bulan Mei dan kembali membeli saham pada bulan November.
Tujuannya untuk menghindari periode Mei hingga Oktober yang konon katanya biasanya enggak terlalu banyak mengalami kenaikan yang signifikan. Nah, suatu saham stagnan atau pun enggak mengalami kenaikan di satu sisi yang lain sebaliknya nih kita juga bisa membeli saham emiten favorit kita dengan harga terdiskon atau murah.
Nah, jadi ini kembali lagi tergantung dari Tipe investasi kita ya. Untuk teman-teman investor jangka menengah dan panjang bisa ambil di saat-saat ini. Agar kita bisa take profit di musim yang selanjutnya. Boleh dibilang nih kalau petani Ini masa menanam.
2. Window Dressing
Musim Window Dressing adalah strategi untuk mempercantik portfolio investasi yang dilakukan perusahaan maupun manajer investasi. Mereka nih biasanya mempercantik laporan keuangan atau kinerja keuangan dan performa bisnis yang dimilikinya.
Tujuannya tentu saja untuk meyakinkan kita Para investor menanamkan investasi dan harga saham perusahaannya bisa meningkat. Window dressing biasanya terjadi menjelang Tutup buku ataupun pada saat akhir tahun.
Bisa juga pada saat perusahaan memberikan laporan keuangan. Boleh dibilang juga ini adalah kondisi anomali yang ada di pasar modal yang terjadi di setiap akhir tahun. Nah, fenomena ini direspon dengan kenaikan harga saham di Bursa. Contohnya di Bursa Efek Indonesia fenomena ini udah terlihat sejak akhir september 2021.
IHSG naik dari angka 6.100 menjadi 6.600 di pertengahan Oktober 2021. Hal yang sama juga terjadi di tahun 2020. IHSG dari harga 4.900-an di awal Oktober nih menjadi 6.100 di pertengahan Desember. Begitu pula di tahun-tahun seperti tahun 2017, 18, dan 19.
Meskipun di 2019 kenaikannya memang enggak begitu signifikan. Jangan lupa untuk selalu melihat analisa fundamental, laporan keuangan, dan analisa teknikal sebelum kita melakukan investasi. Yang semuanya juga sudah disediakan di ajaib. Musim yang ketiga adalah Santa Claus Rally.
Wah, Apa hubungannya nih antara Santa Claus dan harga saham? Apa Santa Claus ini bagi-bagi saham gitu? Enggak Guys. Santa Claus rally adalah fenomena yang menggambarkan kenaikan di pasar saham pada minggu-minggu terakhir di bulan Desember hingga dua hari perdagangan pertama di bulan Januari.
Istilah ini didapatkan dari bursa saham Amerika yang lebih mengenal Santa Claus di bulan Desember ataupun di hari raya Natal. Di bursa Amerika Serikat, investor saham biasanya menanti Santa Claus rally atau peningkatan harga-harga saham menjelang dan sesudah Hari Natal.
Jadi sekitar dua minggu terakhir sebelum tutup tahun. Ada saham-saham tertentu nih di Indonesia yang mengikuti musim ini dengan konsisten. Misalnya BCA. Apalagi kalau menurut saya nih, setelah stock split bisa diakses oleh lebih banyak masyarakat. Dan saya sendiri cukup optimis dengan BCA. Ada juga Unilever, Mandiri. Astra, Telkom, dan masih banyak lagi.
3. January Effect
January effect adalah sebuah pola di pasar modal ketika harga saham cenderung mengalami kenaikan di dua minggu pertama awal tahun. Di bulan Januari nih. Januari effect pertama kali diamati sekitar tahun 1942 oleh seorang bankir yang bernama Sidney. ia mencatat bahwa sejak tahun 1925 terjadi peningkatkan harga saham di bulan Januari.
Nah, sepanjang 10 tahun terakhir nih setidaknya IHSG hanya tiga kali gagal mencetak kinerja positif di awal bulan. Yaitu Di Januari 2011, di Januari 2017, dan Januari 2020. Nah, Semoga dengan penjelasan tentang musim di dunia saham lokal bisa memberikan wawasan yang jauh lebih baik tentang pasar modal.
Belum ada Komentar untuk "Musim-Musim Terbaik Untuk Menjual Saham Di Pasar Saham"
Posting Komentar