Singapura Terancam Krisis Energi Listrik
Senin, 25 April 2022
Tulis Komentar
Bagaimana kalau negara kehabisan listrik?. Inilah yang sekarang ditakutkan Singapura. Negara tersebut sedang terancam krisis energi akibat harga dunia yang terus melonjak. Indonesia pun bersiap datang membawa bala bantuan.
Kok negara maju bisa kehabisan listrik? Lalu kira-kira proses ekspornya seperti apa, ya? Singapura adalah sebuah negara pulau di ujung Selatan Semenanjung Malaya yang ukurannya lebih kecil dari New York.
Sejak kemerdekaannya di 1965, Singapura berhasil menjadi pusat perekonomian dan manajemen kekayaan, serta mempunyai PDB perkapita tertinggi ketujuh di dunia. Satu hal yang tidak dimilikinya, adalah sumber daya alam.
Sehingga ketersediaan energi bergantung erat pada negara-negara lain. Saat ini, 95% listrik Singapura Dihasilkan dari gas alam impor atau liquefied natural gas, dan Indonesia adalah salah satu eksportir gas alam terbesar ke Singapura.
Ketergantungan ini membuat Singapura ketar-ketir saat harga komoditas energi dunia Naik drastis pada Oktober 2021. Selain itu, terdapat pembatasan gas dari Natuna Barat, Indonesia, akibat masalah produksi di fasilitas hulu.
Situasi ini kebetulan bertabrakan dengan pembatasan yang dijadwalkan untuk maintenance fasilitas. Menurut Otoritas Pasar Energi atau EMA, total yang dibatasi mencapai 16-20% dari suplai gas untuk Singapura, sehingga mereka harus memperketat cadangan energi.
Berbeda dengan Indonesia yang listriknya dikelola oleh pemerintah melalui PLN, Singapura sudah beralih ke Open Electricity Market atau Pasar Listrik Terbuka sejak 2018.
Penduduk pun dapat memilih retailer listrik dengan paket harga sesuai kebutuhan. Kalau di Indonesia, mungkin seperti berlangganan provider wi-fi atau handphone.
Para retailer membeli pasokan listrik dari 7 perusahaan pembangkit Singapura yang disebut “Gencos”. Jadi saat harga melonjak, mereka pun terkena imbasnya. Sampai-sampai tiga pemain besar seperti iSwitch, Ohm Energy, dan Best Electricity keluar dari pasar Singapura.
Di sinilah Indonesia hadir membawa solusi. Demi mencegah negaranya gelap gulita, pemerintah Singapura berencana mengimpor listrik dari negara sekitar, termasuk Indonesia. Perjanjian kerjasama mengenai ekspor-impor listrik pun akhirnya ditetapkan pada Januari lalu.
Pada dasarnya, arus listrik dapat ditransmisikan dan didistribusikan dalam bentuk 2 arus AC dan DC. AC adalah arus bolak-balik yang banyak diaplikasikan PLN Indonesia. Sedangkan DC merupakan arus searah yang biasa dipakai untuk baterai, aki, dinamo, dan generator.
Jika bertegangan tinggi, kedua arus ini disebut HVAC dan HVDC. Nah, proses ekspor listrik ini akan dibagi beberapa tahap. Menurut Kementerian ESDM, tahap pertama adalah transfer listrik HVAC 600 megawatt pada 2025, dan HVDC berkapasitas 1.200 megawatt pada 2027.
Tapi, proses tersebut akan bergantung sesuai permintaan Singapura. Ekspor listrik ini tentunya tidak akan mengganggu pasokan Indonesia karena sumbernya berasal dari PLTS di bagian barat Batam.
Berbeda lokasi dengan landing station pasokan listrik negara. Selain itu alasan Indonesia melakukan ekspor listrik adalah karena pasokan listrik negara sempat melimpah hingga 6,7 gigawatt pada Oktober 2021 dan potensi PLTS-nya mencapai 3.295 gigawatt.
Pemberian izin usaha listrik lintas negara juga sudah diregulasi dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri. Berikut beberapa syaratnya.
- Kebutuhan tenaga listrik setempat dan wilayah sekitarnya telah terpenuhi
- Harga jual listrik tidak mengandung subsidi
- Tidak mengganggu mutu keandalam peyedia tenaga listrik diwilayah usahanya
Indonesia pun juga menerima keuntungan seperti dapat membuka lapangan pekerjaan, menambah devisa negara, serta kesempatan mengembangkan pembangkit listrik EBT.
Secara tidak langsung, kerjasama ini menunjukkan ketergantungan Singapura Pada sumber daya alam Indonesia. Apalagi, banyak komoditas lainnya yang juga diimpor besar-besaran.
Contohnya seperti hasil laut, mutiara, batu mulia, besi, elektronik, reaktor nuklir, bahan baku kertas, bahan kimia organik, sampai pakaian. Berdasarkan data COMTRADE PBB, total ekspor Indonesia ke Singapura pada 2020 tercatat mencapai US$13,95 Miliar.
Kembali ke ekspor listrik, Ternyata Indonesia juga berpotensi untuk mengekspor ke negara-negara ASEAN lainnya, Terlebih karena kapasitas daya Indonesia terbesar di ASEAN.
Cita-cita ini diperkuat oleh adanya pembangunan jaringan listrik Asia Tenggara atau ASEAN Power Grid yang memang ditujukan untuk ekspansi perdagangan listrik multilateral.
Indonesia bahkan juga telah berwacana untuk mengekspor listrik ke Malaysia 2030 mendatang. Sekarang, pemerintah sedang membangun interkoneksi listrik antar pulau.
Dan ketika projeknya selesai, akan dibangun juga interkoneksi ke Malaysia dan Singapura. Apakah potensi besar Indonesia ini dapat tersalurkan dengan baik? Kita lihat saja nanti.
Belum ada Komentar untuk "Singapura Terancam Krisis Energi Listrik"
Posting Komentar